Sunday 31 July 2011

Ma'iyah Manembah



I

Barang siapa di antara hamba-hamba Allah yang tidak percaya kepada kuasa dan kasih sayangNya, hendaklah cepat-cepat mencari tuhan yang lain dan meminta perlindungan dari tuhannya itu

II

Barang siapa di antara hamba-hamba Allah yang cemas kepada nasibnya karena ragu terhadap keindahan takdir Allah, hendaklah cepat-cepat meninggalkan bumi dan alam semesta yang ini dan melamar untuk bertempat tinggal di bumi dan alam semesta tuhannya itu

III

Barang siapa di antara hamba-hamba Allah yang merasa gugup akan penghidupannya karena meremehkan kemuliaan Allah, hendaklah cepat-cepat berhijrah dari hamparan rumah Allah dan memohon perlindungan dan sandang pangan dari tuhannya itu

IV

Barang siapa di antara hamba-hamba, yang bersikap acuh tak acuh kepada kekasih Allah, yang merendahkan wali dan auliya’ Allah, yang meremehkan simpanan rahasia-rahasia Allah di balik segala sesuatu yang diabaikan oleh manusia, hendaklah bersiap-siap untuk mendengar suara genderang perang yang ditabuh oleh para Malaikat-Nya

V

Kalau di dalam kepalamu terdapat akal
Kalau engkau mempekerjakan pikiran sehingga engkau mengerti
bahwa engkau tidak sanggup menciptakan dirimu sendiri
bahwa engkau tidak sanggup menghidupkan jantungmu sendiri
tidak sanggup menggenggam dan menjaga nyawamu sendiri
tidak sanggup menumbuhkan barang sehelai rambutmu sendiri
tidak sanggup meramu barang setetes dari darahmu sendiri
tidak sanggup menguasai nasibmu sendiri
tidak sanggup mengetahui kapan engkau mati
Sebelum tiba sesuatu yang melumpuhkan kakimu
Sebelum tiba kejadian yang mengagetkan otakmu
Sebelum tiba peristiwa yang membuntu arah langkahmu
Sebelum tiba waqi’ah yang menggelapkan hidupmu
bersegeralah mengucapkan pengakuan 

VI

Barang siapa kakinya menapak di atas tanah
dan tidak ingat siapa yang menciptakannya
Barang siapa menghirup udara, menikmati hembusan angin
dan tidak ingat siapa yang meniupkannya
Barang siapa mereguk air
dan tidak ingat siapa pemiliknya
Barang siapa memetik buah dari tanam-tanaman
dan tidak ingat siapa yang menumbuhkannya
Barang siapa yang menggali tambang-tambang
dan tidak ingat siapa yang menyediakannya
Barang siapa menyalakan api dan menggali pancaran cahaya
dan tidak ingat siapa yang mengolah sumbernya
Barang siapa memandangi gunung, menatap langit
Barang siapa mengembarai ruang, menelusuri waktu
dan tidak ingat siapa pangkal muasal dan ujung tibanya
Sebelum tiba sesuatu yang tak pernah disangka-sangkanya
Sebelum tiba kejadian yang tak pernah diperhitungkannya
Sebelum tiba peristiwa yang membuatnya menangis sia-sia
Sebelum tiba waqi’ah yang mengiris meremas-remas nasibnya
Bersegeralah membungkukkan badan, menundukkan kepala
Memejamkan mata dan memerangi keangkuhan hatinya

VII

Siapa mengetahui Kekasih Sejati yang paling mencintainya
Bersegeralah menyatakan bahwa hanya Ia pulalah muara segala cintanya
Siapa maha penghibur hati yang senyata-nyatanya
Bersegeralah menyanyikan lagu-lagu yang diutamakan kepadaNya
Siapa mengetahui makhluk yang paling dicintai dan paling mencintainya
Sehingga cahaya cintaNya ditaburkan ke mahkota kemuliaan kekasihNya itu
Sehingga nyatalah kepalsuan segala tokoh, berhala dan idola
Bersegeralah meniadakan diri sendiri, melebur jadi taburan cintaNya
yang merahmati seluruh semesta maupun ruang-ruang gaib di luarnya

Oleh : Emha Ainun Nadjib

Rendang

Menurut definisi dari kamus besar bahasa indonesia, rendang adalah daging yg digulai dng santan sampai kuahnya kering sama sekali, yg tinggal hanyalah potongan daging dng bumbunya. 



Rendang adalah makanan khas Sumatera Barat dengan rasa yang pada umumnya pedas. Akan tetapi tingkat kepedasan tersebut tergantung oleh racikan sang juru masak. Ciri khas dari rendang asal payakumbuh adalah warna yang coklat kehitaman serta bumbu yang kering dengan rasa yang sangat lezat. Untuk mencapai warna yang coklat kehitaman serta bumbu rendang yang kering tersebut, rendang dimasak cukup lama yaitu minimal 12 jam.
Semakin lama rendang dimasak maka rasanya akan semakin enak. Apabila rendang yang dimasak hari ini dan tidak habis maka tidak perlu dikhawatirkan akan menjadi basi. Cukup dipanaskan dalam wajan dengan api sedang tanpa menambahkan bumbu kembali, kelezatan rendang akan tetap terjaga. Semakin sering rendang dipanaskan maka rasa rendang akan semakin enak.
Rendang merupakan menu utama bagi masyarakat minang. Dahulu kala rending disajikan sebagai menu utama bagi para bangsawan. Akan tetapi, saat ini rendang sangat digemari oleh masyarakat minang khususnya dan bahkan oleh seluruh lapisan masyarakat serta para wisatawan asing. Terdapat empat filosofi masayarakat minangkabau tentang Rendang yang merujuk dari empat bahan pokok yang digunakan dalam membuat Rendang. Filosofi tersebut yaitu ;
  1. Dagiang (daging); sebagai bahan baku utama dalam membuat rendang yang merupakan lambang dari ninik mamak (para pemimpin suku adat) yang ada di minangkabau.
  2. Karambia (kelapa); sebagai bahan pendukung yang merupakan lambang cadiak pandai (kaum intelektual).
  3. Lado (cabe); sebagai lambang alim ulama yang pedas yaitu tegas untuk mengajarkan syariat agama.
  4. Pemasak (bumbu); sebagai pelengkap yang merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minang.
Sumber : KBBI,  rendangunieriza.com

Tuesday 26 July 2011

Secangkir Kopi Jon Pakir

Sesudah melakukan dosa terkutuk itu, Daud, sang Nabi, menangis 40 hari 40 malam. Ia bersujud. Tak sejenakpun mengangkat kepalanya. Keningnya bagai menyatu dengan tanah. Air matanya meresap membasahi tanah tandus itu sehingga tumbuhlan reumputan. Rerumputan itu kemudian meninggi merimbun dan menutupi kepalanya.

Allah menyapanya. Bertambah nangis ia, meraung dan terguncang-guncang. Pepohonan di sekitarnya bergayut berdesakan satu sama lain mendengar raungan itu, kemudian daun-daunnya rontok, kayu-kayunya mengering, oleh duka derita dan penyesalan Daud yang diresapimya.

Dan Allah masih juga 'menggoda'nya: "Daud, Engkau lupa akan dosamu. Engkau hanya ingat tangismu." Dan sang Nabi terus berjuang dengan air matanya. Air mata kehidupan Daud bagai samudera. Kesunngguhan Daud terhadap nilai-nilai ketuhanan -- ya nilai kehidupan ini sendiri -- bagai samudera. Adapun saya, yang hidup ribuan tahun sesudah Daud, hanya pernah menitikkan air mata beberapa cangkir. Juga apa yang saya bisa sebut air mata ruhani saya.

Di dalam zaman yang telah jauh maju ke depan ini, barangkali saya bersemayam di kehidupan yang ringan dan riang melakukan dosa-dosa.

(Emha Ainun Nadjib/"Secangkir Kopi Jon Pakir"/Mizan/1995/PadhangmBulanNetDok)