Sunday, 30 January 2011

Kata - Kata Bijak Albert Einstein

Albert Einstein. Siapakah tidak mengenal kakek yang satu ini. Wajahnya merupakan salah satu wajah yang paling dikenal di dunia. Mendalami kajian ilmu fisika teoritis, dia dianggap sebagai ilmuwan terbesar abad ke-20. Dia lahir di Jerman dan berdarah Yahudi. 
Beliau mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".
Setelah teori relativitas umum nya dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan jenius. 

Kata - Kata bijak beliau juga amat populer di kalangan anak muda dan bila dicermati ternyata sangat menarik dan tetap aktual sampai saat ini. Tak salah kalau banyak yang nge-fans sama kakek satu ini, termasuk saya sendiri. Berikut ini adalah beberapa kata bijak dari sang ilmuwan yang   saya himpun dari berbagai sumber.

-Hakikatku adalah yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan

-Selagi ada cinta tidak perlu ada lagi pertanyaan

-Aku Berpikir terus menerus berbulan-bulan dan bertahun tahun, sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah. Untuk yang keseratus aku benar.

-Kalau mereka ingin menemuiku, aku ada disini. Kalau mereka ingin bertemu dengan pakaianku, bukalah lemariku dan tunjukkan pada mereka. (Ketika istrinya memintanya berganti untuk menemui Duta Besar Jerman)

-Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan seorang ilmuwan besar. Mereka salah, karakterlah yang melahirkannya.

-Tanda kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan tapi imajinasi.

-Imajinasi lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Logika akan membawa Anda dari A ke B. Imajinasi akan membawa Anda kemana-mana.

-Tidak ada eksperimen yang bisa membuktikn aku benar, namun sebaliknya sebuah eksperimen saja bisa membuktikan aku salah.

-Orang-orang seperti kita, yang percaya pada fisika, mengetahui bahwa perbedaan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan hanyalah sebuah ilusi yang terus menerus ada.

-Dunia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami, bukan karena orang-orangnya jahat, tapi karena orang-orangnya tak perduli.

-Mencari kebenaran lebih bernilai dibandingkan menguasainya.

-Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.

-Sudah saatnya cita-cita kesuksesan diganti dengan cita-cita pengabdian.

-Lebih mudah mengubah plutonium dari pada mengubah sifat jahat manusia.

-Tidak ada yang lebih merusak martabat pemerintah dan hukum negeri dibanding meloloskan undang-undang yang tidak bisa ditegakkan.

-Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya.

-Generasi-generasi yang akan datang akan kehilangan keyakinan bahwa manusia akan berjalan di muka bumi dengan darah dan daging.

-Nilai manusia terletak pada apa yang bisa dia terima.-

-Kalau nilai 9 itu kesuksesan dalam kehidupan, maka nilai 9 sama dengan x ditambah y ditambah z. Bekerja adalah x, y adalah bermain, dan z adalah untuk berdiam diri.

-Orang berjiwa besar akan selalu menghadapi perlawanan hebat dari orang-orang picik.

-Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah mencoba sesuatu yang baru

-Hal yang paling sukar dipahami di dunia ini adalah pajak penghasilan.

-Kecerdasan tidak banyak berperan dalam proses penemuan. Ada suatu lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau apapun namanya, solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau mengapa.

-Kebahagiaan dalam melihat dan memahami merupakan anugerah terindah alam.

-Hanya ada dua cara menjalani kehidupan kita. Pertama adalah seolah tidak ada keajaiban. Kedua adalah seolah segala sesuatu adalah keajaiban.

-Usaha pencarian kebenaran dan keindahan merupakan kegiatan yang memberi peluang bagi kita untuk menjadi kanak-kanak sepanjang hayat.

-Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan seluruh kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati. Dengan alasan ini penguasaan menuntut semuanya dari seseorang.

-Kalau kau tidak bisa menjelaskannya dengan gamblang/sederhana, maka kau belum cukup memahaminya.

-Di tengah-tengah kesulitan ada kesempatan.

-Kita tidak bisa memecahkan masalah kita dengan pemikiran yang sama pada saat kita menciptakannya.

-Ini sungguh mengejutkan bahwa teknologi telah melebihi kemanusiaan kita.

-Rahasia dari kreativitas adalah mengetahui cara menyembunyikan sumber kreativitas kita itu.


Sumber : Wikipedia.org, kaskus.us

Saturday, 29 January 2011

Mary-Lu Zahalan-Kennedy, Sarjana Pertama Ilmu The Beatles

Grup pop legendaris asal Inggris, TheBeatles, telah menjadi kajian ilmu akademik. Bahkan, sudah ada seseorang yang meraih gelar sarjana Strata-2 (S2) Bidang Studi The Beatles. Dia adalah Mary-Lu Zahalan-Kennedy. Menurut kantor berita Associated Press, Rabu 26 Januari 2011, Mary-Lu merupakan orang pertama di dunia yang baru saja bergelar Master bidang studi The Beatles. 
“Saya sangat bangga dengan gelar ini. Studi yang saya tempuh ini tidak saja menantang, namun juga menyenangkan dan bisa memberi pandangan yang luas atas dampak The Beatles bagi segala aspek kehidupan hingga saat ini,” kata Mary-Lu seperti dikutip harian The Herald Sun.
Perempuan berusia 53 tahun itu termasuk 12 peserta program studi Master of Arts dalam bidang studi The Beatles, Musik Populer, dan Masyarakat. Program baru itu dibuka oleh Universitas Liverpool Hope pada 2009. Kampus itu terletak di kota asal para personil The Beatles, Liverpool.
Para peserta program ini akan mengikuti kelas selama empat kali dalam 12 pekan dan harus membuat sebuah disertasi sebelum dinyatakan lulus.
“Sudah lebih dari 8.000 buku tentang The Beatles, namun belum pernah ada studi serius mengenai mereka,” kata dosen mata kuliah musik populer Mike Brocken seperti dimuat harian Post Chronicle edisi Selasa, 3 Maret 2009.
Program itu mempelajari komposisi lagu dan pola suara studio yang digunakan The Beatles. Selain itu para peserta juga meneliti dampak lagu-lagu The Beatles bagi pembentukan karakter individu, budaya, dan masyarakat.
Mary-Lu merupakan sarjana pertama yang lulus. Pernah menjadi finalis pada kontes Ratu Kecantikan Kanada, Mary-Lu berprofesi sebagai penyanyi profesional.
The Beatles merajai belantika musik pop dunia sepanjang dekade 1960-an. Kuartet itu beranggotakan John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Star. Banyak lagu mereka telah melegenda, seperti “Yesterday,” “Hey Jude,” “I Saw Her Standing There,” dan lain-lain.

Sumber : vivanews.com

Nasihat Bill Gates, Orang Terkaya ke-2 Di Dunia tahun 2010

Setelah mem Post kan nasihat dari om Warren Buffet, orang Terkaya ke-3 dunia. Kini saatnya share nasihat dari om Bill Gates, pendiri Microsoft yang merupakan orang terkaya ke-2 di dunia tahun 2010 versi majalah Forbes. Bill Gates, dilahirkan pada tahun 1955 di Seattle, Washington. Dia kuliah ke Harvard namun berhenti di masa awal kuliahnya karena sangat ingin berkonsentrasi membuat Personal Computer berhubung saat itu ia membentuk Microsoft  (asalnya Micro-soft) dengan lisensi dari pembuat software Altair yaitu Micro Instrumentation and Telemetry Systems (MITS). Dia sejak muda memang punya ketertarikan yang sangat tinggi di bidang computer.

Pada 1980 dia mendapat kontrak dengan IBM untuk pembuatan PC. Yang menarik adalah software tetap menjadi milik Microsoft yang bisa dipakai di perusahaan lain yaitu MS-DOS. Begitu booming, maka 1986 go public dan pada usia 31 tahun dia menjadi milyuner.

Meskipun ia putus sekolah di tengah jalan, nasehatnya yang bagus beberapa waktu yang lalu diberikan kepada anak-anak sekolah, agak aneh tapi sangat masuk akal... :)


  •  Hidup itu tak adil, biasakan dirimu.
  • Dunia tak perduli dengan bagaimana engkau menganggap dirimu. Dunia mengharapkan engkau menyelesaikan sesuatu sebelum engkau merasa hebat.
  • Engkau tak akan mendapatkan gaji $ 60.000 setahun begitu lulus SMA. Engkau tak akan menjadi wakil Dirut dengan Handphone terbaru hingga engkau meraih keduanya.
  • Kalau kau pikir gurumu keras, tunggulah saat kau dapat majikan.
  • Menyalib di tikungan bukan tindakan tak sopan. Kakekmu mengatakan itu sebagai kesempatan
  • Kalau kamu gagal, itu bukan karena kesalahan orang tuamu, jadi jangan alihkan kesalahan, belajarlah dari kesalahan.
  • Sebelum engkau dilahirkan, orang tuamu tak se-bete sekarang. Mereka menjadi begitu karena memikirkan biayamu, cuci pakaianmu, dan mendengarkan ocehanmu tentang betapa cakepnya kamu, menurut dirimu. Jadi sebelum engkau ingin menyelamatkan dunia, cobalah mulai membersihkan toiletmu sendiri.
  • Sekolahmu mungkin sudah menghapuskan ranking juara atau pecundang, tapi hidup tidak begitu.
  • Hidup ini tak dibagi dalam semester. Engkau tak akan mendapatkan libur musim panas dan hanya segelintir orang yang akan mau membantumu meningkatkan diri. Atur waktumu untuk itu.
  • Televisi bukanlah hidup yang sesungguhnya. Dalam kehidupan sesungguhnya orang harus meninggalkan cafe dan pergi kerja.
  • Baik-baik dengan kutu buku. Siapa tahu engkau akn bekerja untuknya



Friday, 28 January 2011

Nasihat Warren Edward Buffett, Orang terkaya ke-3 di dunia


Om yang satu ini  lahir di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat pada 30 Agustus 1930. Dia adalah seorang investor dan pengusaha asal Amerika Serikat.

Buffet telah mengumpulkan kekayaan yang sangat besar dari kecerdikannya berinvestasi melalui perusahaannya Berkshire Hathaway, di mana dia memegang 38% saham. Dengan perkiraan pendapatan bersih AS$44 milyar pada  2005 dia berhasil menduduki urutan ketiga sebagai orang terkaya di dunia versi majalah Forbes.
Beliau  memberi nasehat untuk anak-anak muda zaman sekarang: "Jauhkan dirimu dari pinjaman bank atau kartu kredit dan berivestasilah dengan apa yang kau miliki serta ingat :
  • Uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang.
  • Hiduplah sederhana sebagaimana dirimu sendiri.
  • Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja.
  • Jangan memakai merk, pakailah yang benar-benar nyaman untukmu.
  • Jangan habiskan uang untuk hal-hal yang tidak benar-benar penting.
  • Jika itu telah berhasil dalam hidupmu, berbagilah dan ajarkanlah pada orang lain.

Thursday, 27 January 2011

A Walk To Remember

A Walk to Remember adalah sebuah film yang diproduksi tahun 2002 dengan seting pertengahan tahun 1990an di Beaufort, North Carolina. Film ini berdasarkan dari novel tahun 1998 yang ditulis oleh Nicholas Sparks. dan dibintangi oleh Mandy Moore dan Shane West. Film ini disutradarai oleh Adam Shankman dan diproduksi oleh Denise DiNovi dan Hunt Lowry untuk Warner Bros.

Bagi yang memiliki selera film bergenre drama romantis, sepertinya film ini bisa jadi pilihan sobat semua. Kisah pengorbanan Landon untuk Jamie demi membahagiakannya di sisa hidup jamie bisa membuat mata berkaca-kaca lho... :). Apalagi buat mereka yang punya perasaan sensitif, boleh jadi bisa menangis. hehe..


Fim ini didukung soundtrack lagu yang bagus dan amat mendukung suasana romantis-melankolis yang tersaji. "Only Hope", "You" dan "Dare you to move" dari switchfoot merupakan lagu favorit saya sampai sekarang.



Sinopsis :
Landon (Shane West) beserta teman-temannya adalah salah satu kelompok yang terkenal di sekolah Beaufort, Carolina Utara. Mereka selalu melakukan hal-hal yang aneh dan tidak bermoral seperti mabuk-mabukan. Di sisi lain ada gadis bernama Jamie Sullivan (Mandy Moore) yang memiliki sifat yang jauh berbeda. Ia adalah orang pendiam, penyayang dan juga taat beragama.
Suatu malam Landon dan teman-temannya mabuk-mabukan sampai terjadi kecelakaan akibat perbuatan mereka. Karena Landon yang merencanakan perbuatan tersebut, akhirnya kepala sekolah menghukumnya dengan menyuruhnya mengajar dan mengikuti drama sekolah. Hukuman itulah yang kemudian mempertemukan Landon dan Jamie. Mereka berdua masuk dalam drama sekolah dan akhirnya Landon jatuh cinta pada jamie. Namun suatu hari Jamie mengatakan bahwa dirinya menderita leukimia.



Berikut saya tampilkan juga quotes bagus dari film " A Walk to Remember"

  • Jamie: You know what I figured out today?
    Landon: What?
    Jamie: Maybe God has a bigger plan for me than I had for myself. Like this journey never ends. Like you were sent to me because I'm sick. To help me through all this. You're my angel
  • Landon: Are you scared?
    Jamie: To death...
    [Landon looks upset]
    Jamie: Lighten up.
    Landon: It's not funny.
    Jamie: I'm scared of not being with you.
    Landon: Oh baby, that will never happen... I'll be here
  • Reverend Sullivan: "Do not be deceived. God is not mocked." Hmmm.
    [Landon walks into the Church as Reverend Sullivan is practicing his sermon]
    Reverend Sullivan: "Whatever a man sows, that he will also reap. For he who sows to his flesh will of the flesh reap..." Can I help you?
    Landon: Uh, yes, sir. I'd like to ask your daughter to dinner on Saturday night.
    Reverend Sullivan: That's not possible.
    Landon: Well... with all due respect, sir, I ask you to reconsider.
    Reverend Sullivan: With all due respect, Mr. Carter, I made my decision. You can, uh, exit the way you entered.
    Landon: Listen, I'm sorry I haven't treated Jamie the way I should've. She deserves more than that. I'm just asking you for the same thing that you teach us every day in Church. And that's faith.
    Reverend Sullivan: [Exhales deeply]
  • Jamie: I have something for you.
    Landon: You do?
    Jamie: Uh hmm... Don't worry it's not a bible. It was my mother's. It's got quotes from all her favorite books, and quotes by famous people. Her thoughts. Come on.
    Landon: Okay, let's check it out. Okay..."What is a friend? It's a single soul dwelling in two bodies." -Aristotle.
    Jamie: Uh uh, right here.
    Landon: Okay. "Find out who you are, and do it on purpose." That's Dolly Parton.
    Jamie: I always thought she was smart.
    Landon: "Love is always patient and kind. It is never jealous. Love is never boastful or conceited. It is never rude or selfish. It does not take offense and is not resentful.
  • Landon: [voiceover] Jamie saved my life. She taught me everything. About life, hope and the long journey ahead. I'll always miss her. But our love is like the wind. I can't see it, but I can feel it.
  • Landon: I'm sorry she never got her miracle.
    Reverend Sullivan: She did. It was you. 

Tuesday, 25 January 2011

Kecanduan Komputer

Cara Menonaktifkan Mc Affee Untuk Sementara

Kalau sobat semua ada yang menggunakan mc affee sebagai antivirus, mungkin akan menyulitkan sobat jika mau menginstall software yang ada crack/keygen nya. Hal ini karena crack/keygen tersebut akan terdeteksi sebagai virus. Langkah mudah yang bisa sobat lakukan adalah dengan menonaktifkan mc affee untuk sementara waktu selama penginstallan program.

Langkahnya cukup sederhana :
1. Klik kanan pada ikon mc affee di komputer anda. Pilih virus scan console





2. Disable kan proses-proses berikut.


maka mc affee pun non aktif dan sobat bisa menginstall program yang diinginkan. Semoga artikel singkat ini berguna. :)

.

Monday, 24 January 2011

Info Job Fair Universitas Brawijaya, Malang 11-12 Februari 2011


Update


Untuk Info lebih lanjut, silahkan teman-teman hubungi saudara Dheky di 081252482000

Persaingan Dua Provider

Habis Diputus Pacar

Disuruh Mandi, eeeh Malah Facebookan

Mengecoh Raja

Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yang dilegalisir oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara.

Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda tahu Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolak perintah Baginda.

Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda.

"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum di wajahnya.

"Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas.

"Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggang kuda yang cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus menghindarinya dengan cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap kering. Sekarang kita berpencar." Baginda menjelaskan.

Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. la harus mancari akal. Dan ketika Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun.

Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segera memacu kuda untuk mencapai tempat perlindungan yang terdekat. Tetapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat peristirahatan. Belum sempat baju Baginda dan para pengawalnya ke­ring, Abu Nawas datang dengan menunggang kuda yang lamban. Baginda dan para pengawal terperangah kare­na baju Abu Nawas tidak basah. Padahal dengan kuda yang paling cepat pun tidak bisa mencapai tempat berlindung yang paling dekat.

Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yang kemarin ditunggangi Baginda Raja. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kuda-kuda yang lamban. Setelah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujan pun turun seperti kemarin. Malah hujan hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basah kuyup kare­na kuda yang ditunggangi tidak bisa berlari dengan kencang.

Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di tempat peristirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya tiba dengan pakaian yang basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang tetap kering Baginda jadi penasaran. Beliau tidak sanggup lagi menahan keingintahuan yang selama ini disembunyikan.

"Terus terang begaimana caranya menghindari hu­jan, wahai Abu Nawas." tanya Baginda.

"Mudah Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas sambil tersenyum.

"Sedangkan aku dengan kuda yang cepat tidak sanggup mencapai tempat berteduh terdekat, apalagi dengan kuda yang lamban ini." kata Baginda.

"Hamba sebenarnya tidak melarikan diri dari hu­jan.Tetapi begitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti." Diam-diam Baginda Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas.


Sumber : Abu Nawas, Sang Penggeli Hati

Membalas Perbuatan Raja

Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas titan langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas. Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam.

Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak. Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la tiba-tiba tertawa riang.

"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu Nawas berkata kepada istri­nya.

"Untuk apa?" tanya istrinya heran.

"Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat. Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata,

"Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."

"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.

"Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba me­ngadukan perlakuan yang tidak adil ini."

"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"

"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Bagin­da sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu." Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menotak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.

Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca.

Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hing­ga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja.

Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri. Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu. Kini ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. Abu Nawas yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta mampu membalas dendam ter­hadap orang yang mengusiknya.

Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.

Abu Nawas Mendemo Tuan Kadi

Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh mu­rid-muridnya menutup kitab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman ka­lian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu."

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun me­reka begitu patuh kepada Abu Nawas. Dan mereka me­rasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berddfa di pihak yang benar.

Pada malam harimya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak Tuan Kadi yang baru jadi."

"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.

"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan iemparilah dengan batu."

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Tuan Kadi. Laksana demonstran me­reka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.

Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketikatanpa basa-basi lagi mereka iangsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-or­ang kampung itu berusaha mencegah perbuatan me­reka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani men­cegah.

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?"

Murid-murid itu menjawab,"Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!"

Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda."

Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak ru­mah Kadi itu"

Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada sliatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan ru­mah yang lebih bagus lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi."

Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah ha­nya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?"

Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi yang baru ini Tuanku."

Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa.

"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda.

Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut.

"Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini !" perintah Baginda.

"Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa."

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda.

Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini."

Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap.

"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad moralnya."

Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pe­muda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua."

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.

Pesan Bagi Para Hakim



Bapaknya Abu Nawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sul­tan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengkafani, menyalati dan mendo'akannya, maka Sul­tan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.

Namun... demi mendengar rencana sang Sultan.

Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak berubah menjadi gila.

Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda, ia menunggang kuda dari ba­tang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapak­nya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.

Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia me­ngajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu, mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.

Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.

"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana." kata wazir utusan Sultan.

"Buat apa sultan memanggilku, aku tidak ada keperluan dengannya."jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu."

"Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar." kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat ke­lakuan Abu Nawas.

"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sul­tan?" kata wazir

"Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau." kata Abu Nawas.

"Apa maksudnya Abu Nawas?" tanya wazir dengan rasa penasaran.

"Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada raja­mu." sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.

Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

Dengan geram Sultan berkata,"Kalian bodoh se­mua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa."

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit ista­na. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.

Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.

"Abu Nawas bersikaplah sopan!" tegur Baginda.

"Ya Baginda, tahukah Anda....?"

"Apa Abu Nawas...?"

"Baginda... terasi itu asalnya dari udang !"

"Kurang ajar kau menghinaku Nawas !"

"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?"

Baginda merasa dilecehkan, ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya. "Hajar dia ! Pukuli dia sebanyak dua puluh lima kali"

Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu akhirnya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.

Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika sampai di pintu gerbang kota, ia dicegat oleh penjaga.

"Hai Abu Nawas! Tempo hari ketika kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu bagian, aku satu bagian. Nah, sekarang mana bagianku itu?"

"Hai penjaga pintu gerbang, apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?"

"lya, tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?"

"Baik, aku berikan semuanya, bukan hanya satu bagian!"

"Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu, kau kan sudah sering menerima ha­diah dari Baginda."

Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila.

Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja, ia terus melangkah pulang ke rumahnya.

Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.

"Ya, Tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda."

Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya."Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?"

Berkata Abu Nawas,"Ampun Tuanku, hamba melakukannya karena sudah sepatutnya dia menerima pu­kulan itu."

"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan sebab musababnya kau memukuli orang itu?" tanya Baginda.

"Tuanku,"kata Abu Nawas."Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa jika hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu bagian untuknya satu bagian untuk saya. Nah pagi tadi hamba menerima hadiah dua puluh lima kali pukulan, maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya."

"Hai penunggu pintu gerbang, benarkah kau telah mengadakan perjanjian seperti itu dengan Abu Nawas?" tanya Baginda.

"Benar Tuanku,"jawab penunggu pintu gerbang.

"Tapi        hamba tiada mengira jika Baginda memberikan hadiah pukulan."

"Hahahahaha        IDasar tukang peras, sekarang kena batunya kau!"sahut Baginda."Abu Nawas tiada bersalah, bahkan sekarang aku tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad adalah orang yang suka narget, suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh aku akan memecat dan menghukum kamu!"

"Ampun Tuanku,"sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.

Abu Nawas berkata,"Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau istirahat, tiba-tiba diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok ham­ba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba."

Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha...jangan kuatir Abu Nawas."

Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.

Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.

Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengada­kan rapat dengan para menterinya.

"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?"

Wazir atau perdana meneteri berkata,"Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi."

Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.

"Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi."

"Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja."

Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila, maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.

Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang bernama Polan yang sejak lama berambisi menjadi Kadi, la mempengaruhi orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui jika ia diangkat menjadi Kadi, maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyetujuinya.

Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi ma­ka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.
"Alhamdulillah        aku telah terlepas dari balak yang mengerikan. Tapi.,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi, kenapa tidak yang lain saja."

Mengapa Abu Nawas bersikap seperti orang gila? Ceritanya begini:

Pada suatu hari ketika ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.

Berkata bapaknya,"Hai anakku, aku sudah hampir mati. Sekarang ciumlah telinga kanan dan telinga kiriku."

Abu Nawas segera menuruti permintaan terakhir bapaknya. la cium telinga kanan bapaknya, ternyata berbau harum, sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.

"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?"

"Benar Bapak!"

"Ceritakankan dengan sejujurnya, baunya kedua telingaku int."

"Aduh Pak, sungguh mengherankan, telinga Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi... yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"

"Hai anakku Abu Nawas, tahukah apa sebabnya bisa terjadi begini?"

"Wahai bapakku, cobalah ceritakan kepada anakmu ini."

Berkata Syeikh Maulana "Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang aku dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena aku tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama, namun jika kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk akal agar kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak bisa tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi."

Nan, itulah sebabnya Abu Nawas pura-pura menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi, seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya seperti hakim yang memutus suatu perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun dia sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.



Saturday, 22 January 2011

Guru Go Blog

Abu Nawas - Biografi Singkat


Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan. 
Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya’qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman. Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.
Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya’irul bilad).
Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.
Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah.
Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad

Wednesday, 19 January 2011

Surat Untuk Aburizal Bakrie


zakywahyudi2010:

Bung Ical yang terhormat,
Saya percaya anda lebih berkuasa dari presiden di negara ini
Sri Mulyani anda singkirkan dan mengungsi dari tanah kelahiran yang dicintainya
Satgas anda bungkam sehingga tak lagi bersuara
Kepolisian dan Kejaksaan anda injak saat mereka menangani sang perampok: gayus
sehingga anda pun tidak akan terkait dengan kebusukannya

Saya percaya anda juga telah menebar magnet kharisma anda yang bernama rupiah di petinggi PSSI
Juga menanam sanak keluarga, handai taulan di tempat ini: Nirwan, Nurdin Halid, Andi Darussalam..
Tapi biarkan olahraga yang satu ini tetap menjadi milik kita, jangan anda rebut lagi
Anda boleh menguasai yang lainnya, apapun atau siapapun yang bisa anda beli dengan kekayaan anda

Kami tidak peduli anda menjadi ketua partai dengan cara membeli orang-orang yang sekarang menjadi pembela anda nomor wahid
Tapi tolong jangan anda kotori kesucian olahraga ini

Bung Ical
Anda bisa memiliki segalanya, tapi jangan yang satu ini
Biarkan ini tetap menjadi milik kami
Biarkan kami meneriakkan gairah kami pada permainan yang satu ini
Bagi kami inilah ekstasi untuk sejenak melupakan kepenatan kami atas kerasnya hidup yang mungkin tidak pernah anda rasakan sejak anda menghirup udara di dunia ini.
Biarkan kami meneriakan nama-nama pahlawan kami kami: Bambang Pamungkas! (bukan bambang soesatyo), Markus Horison! (bukannya (melchias) markus mekeng), Firman Utina! (tidak firman soebagyo)
Bung Ical
Tidak kah anda melihat dan cemburu karenanya?
Bagaimana kami melonjak, berteriak dan tersenyum bahagia sekedar dapat melihat pujaan kami
Kami teriakkan nama-nama mereka dengan cinta tanpa pamrih rupiah
Irfan Bachdim!!! Christian Gonzales!!! Okto!!
Saat ini mereka adalah pahlawan kami
Pahlawan dengan parfum keringat yang menetes, bukannya armani
Pahlawan yang berkaus basah dan bercelana pendek, bukan pahlawan dalam setelan jas dan dasi
Pahlawan di lapangan rumput, tidak di gedung berpendingin ruangan di senayan

Tidak kah bung bertanya, mengapa kami menjadikan mereka pahlawan?
Karena mereka mencoba dengan sekuat tenaga, dengan keringat dan air mata membuat kami bahagia
Oleh karenanya, apapun hasil perjuangan mereka, nama mereka akan selalu lekat di hati kami,
mereka tetap pahlawan kami
Kami pun bahagia menjadi bagian dari perjuangan mereka, walau sekedar teriakan penyemangat
Akan kami ceritakan saat-saat perjuangan mereka kelak kepada anak cucu kami

Bung Ical

Anda berkeinginan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini kelak
Oleh karena itu jangan biarkan remah-remah simpati yang tersisa pada kami lenyap
Anda mungkin ingat ungkapan : "we may forgive, but we'll never forget"
Kami tidak bisa berbuat apa-apa, tapi kami akan ingat selamanya :Lapindo, penggelapan pajak...
Jangan anda tambah kekecewaan kami dengan merebut permainan ini dari kami
Jika anda ingin mendapat sedikit ucapan terima kasih dari kami
tolong anda bisikkan sesuatu kepada Nurdin agar ia segera menyingkir dari olahraga ini


Terima kasih bung Ical

Sumber : http://forum.tempointeraktif.com/node/541