Monday, 28 February 2011

Apa Itu Teknologi Pangan??



Teknologi pangan adalah aplikasi dari ilmu pangan untuk sortasi, pengawetan, pemrosesan, pengemasan, distribusi, hingga penggunaan bahan pangan yang aman dan bernutrisi. Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisis, mikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, diantaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan dan sebagainya.
Teknologi pangan dapat dimulai dari lapangan atau sawah, kalau diambil sebagai contoh padi. Ladang atau tegalan untuk umbi-umbian dan polong-polongan. Teknologi dapat juga dimulai dari pemilihan bibit serta cara pembibitan, kemudian penanaman serta pemeliharaan. Pengertian ini tidak berlebihan karena pada setiap tingkat itu akan menggunakan teknologi yang sesuai dengan peruntukannya. Tetapi yang umum ialah sejak dipanen sampai dihidangkan.
Penggunaan teknologi  pada setiap tingkat itu akan dapat diharapkan terjaminnya hasil daripada tanpa penggunaan teknologi, serta hasil yang jauh lebih banyak. Istilah terakhir ini memberikan pengertian bahwa penggunaan teknologi dalam produksi pangan akan meningkatkan hasil, sehingga hasil lebih banyak yang dapat menjamin salah satu faktor ketahanan pangan.
Teknologi pangan sangat erat hubungannya dengan terjaminnya mutu hasil. Teknologi yang baik akan memperkecil kehilangan atau susut saat pengolahan. Pada setiap tingkat pengolahan hendaknya dibarengi dengan kendali mutu, atau ”quality control” sehingga terjamin bahwa hasil sesuai dengan mutu yang diharapkan.  Sebagai salah satu contoh ialah dilapangan pada petanaman padi di sawah. Sebelum panen sebidang tanah harus diawasi sehingga hasilnya nanti terjamin, yaitu tidak akan hadir  gangguan yang disebabkan oleh berbagai hama dan penyakit.
Pada saat panenpun  demikian pula, hendaknya pengawasan mutu diperhatikan. Pergunakanlah alat yang cocok untuk pemakaiannya, serta tempat yang bersih. Menjemur gabah di jalan-jalan merupakan tindakan yang tidak akan menghasilkan gabah yang terjamin mutunya. Gabah disimpan dengan kadar air yang rendah serta tempat yang abik, bebas dari gangguan.
Tempat penyimpanan yang salah akan menyebabkan kerusakan pada bahan pangan. Kerusakan tersebut antara lain karena (i). Makhluk hidup, seperti tikus, serangga, jamur dan bakteri, karena jazat ini memakan bahan pangan yang disimpan, disamping menimbulkan kerugian karena kotoran, dan sisa-sisa bahan yang dimakan; (ii). Aktivitas biokimia dalam bahan pangan tiu sendiri, seperti respirasi, terbentuknya warna coklat serta timbulnya kelainan bau bahkan tengik; dan (iii). Kerusakan karena fisik atau mekanis, antara lain terhimpitnya bahan  sehingga pecah, serta saat pemindahan yang kurang hati-hati.
Ruangan penyimpanan akan mempengaruhi umur simpan bahan pangan yang sekali gus akan mempengaruhi ketahanan pangan. Suhu, kelembaban dan komposisi udara ruangan penyimpanan merupakan tiga faktor yang perlu diperhatikan. Cara pengangkutan, pengemasan yang kurang hati-hati juga menyebabkan bahan cepat rusak.
Pengolahan bahan pangan dilaksanakan karena tiga alasan, yaitu (i). Menyiapkan makanan untuk dihidangkan, (ii). Membuat hasil baru yang dikehendaki, baik dilihat dari segi fisik maupun kandungan kimianya, termasuk pengayaaan akan zat gizi,  dan (iii). Mengawetkan, mengemas dan menyimpan. Dari ketiga alasan tersebut yang erat hubungannya dengan ketahanan pangan adalah yang ketiga. Pengawetan yang diikuti dengan pengemasan yang memadai akan menyebabkan bahan tidak cepat rusak.
Sehubungan dengan tujuan pengawetan, maka dikenal enam cara utama, yaitu:
1.       Pengurangan air dalam bahan pangan- penegeringan, dehidrasi, evaporasi, atau pengentalan;
2.       Pemanasan- blanching, pasteurisasi, dan sterilisasi;
3.       Penggunaan suhu rendah – pendinginan, pembekuan;
4.       Perlakuan kusus – fermentasi, dan pemberian additif asam;
5.       (Pemberian senyawa kimia
6.       Iradiasi

daftar bacaan :
M. Qazuini, Teknologi Pangan Sebagai Pendukung Ketahanan Pangan

Wednesday, 23 February 2011

Ark Hotel, Desain Hotel Yang Bisa Bertahan Terhadap Segala Kondisi Cuaca

Selintas, desain hotel ini terlihat seperti persilangan antara Bahtera Nuh dan sesuatu dari film fiksi ilmiah tahun 1970an. Hotel Bahtera futuristik ini dirancang untuk menahan banjir akibat naiknya permukaan air laut"Raksasa mengambang" ini adalah 'biosfer' dan dianggap  sebagai surga yang aman dalam masalah bencana. Menawarkan lingkungan yang hijau, mandiri untuk tamu, hotel berbentuk keong ini akan menahan gelombang pasang dan bencana alam lainnya.


Futuristik: Hotel Bahtera ini telah dirancang untuk menahan banjirakibat kenaikan permukaan laut, menawarkan lingkungan yanghijau, mandiri untuk tamu, dan akan menahan gelombang pasangdan bencana alam lainnya


Arsitek yang menangani hotel ini mengatakan bahwa detail lengkungan dan kabel-kaBel dalam hotel didesain secara detail sehingga berat dapat terdistribusikan secara merata dan tahan terhadap gempa bumi. Desain menggunakan panel surya dan sistem pengumpulan air hujan untuk memberikan penduduk dengan listrik dan air yang cukup. Lingkungan rumah kaca seperti itu yang memang didesain seperti lingkungan hidup menyediakan udara segar dan sumber makanan karena memang baik untuk pertumbuhan vegetasi hayati. Karena struktur bangunannya yang tembus sinar matahari, maka di desain pula penyaring melalui ruang internal untuk menyesuaikan kebutuhan cahaya. Dan untuk menjamin kualitas cahaya, bingkai bangunan dilindungi oleh lapisan pembersih. 

Biosfer: Desain, yang menggunakan panel surya dan sistem pengumpulan air hujan untuk memberikan penduduk dengan listrik dan air, dapat disesuaikan untuk bekerja  pada baik tanah dan air

Hotel berbentuk bahtera ini dirancang oleh Remistudio, perusahaan Rusia dan didukung oleh Serikat Arsitek Internasional untuk penanggulangan bencana alam. Alexander Remizov, dari Remistudio menyatakan  bahwa untuk masalah aristektur bangunan ini ada dua masalah utama yaitu :Pertama,  Pemeliharaan keamanan dan tindakan pencegahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim serta perubahan iklim. Permasalahan kedua adalah perlindungan lingkungan alam dari aktivitas manusia.







Sumber : 

Tuesday, 22 February 2011

Pengawetan Pangan dengan Asap Cair

Tambahan artikel untuk pengawetan pangan,  Cekidot gan... :)


Seorang bapak mengaduk pembakaran batok kelapa hingga menimbulkan asap dalam proses pembuatan asap cair di Cihideung Udik, Bogor, Jabar, Selasa (13/7). Asap cair yang akan dikemas dalam kemasan botol tersebut digunakan untuk pengawet makanan seperti ikan asin, tahu, bakso sehingga lebih aman dibanding menggunakan bahan pengawet dari kimia.(*jafkhairi/ant/z)


PADA umumnya bahan pangan segar mudah rusak, karena adanya aktivitas mikroorganisme dan reaksi oksidasi. Karena itu, diperlukan langkah pengawetan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan pangan, salah satunya melalui pengasapan.

Pengasapan telah lama digunakan sebagian masyarakat di Indonesia untuk mengawetkan makanan. Proses pengasapan dapat dilakukan melalui kontak dengan aerosol dalam ruang pengasapan (cara tradisional), pengasapan elektrostatik, dan melalui perlakuan kondensat asap cair.

Pengawetan dengan asap cair lebih bersahabat dengan lingkungan, karena tidak menimbulkan pencemaran udara. Selain itu, cara ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode pengasapan biasa. Pertama, bisa diaplikasi secara cepat dan mudah. Kedua, tidak membutuhkan instalasi pengasapan.

Ketiga, peranti yang digunakan lebih sederhana dan mudah dibersihkan. Keempat, konsentrasi asap cair yang digunakan bisa disesuaikan secara mudah dengan apa yang dikehendaki. Kelima, mudah mengendalikan kerapatan warna dan rasa.

Keenam, tidak mengurangi kadar air yang dalam metode biasa kerapkali mengurangi kesegaran pangan. Ketujuh, kualitas produk akhirnya mudah dikontrol, terutama warna, cita rasa, serta struktur bahan pangan. Kedelapan, senyawa-senyawa penting yang bersifat volatile mudah dikendalikan. 



Asap cair juga memiliki kadar asam, fenol, dan alkohol yang memiliki sifat antioksidan, antimikrobia, dan memberikan cita rasa spesifik. Aplikasi asap cair dapat dilakukan dengan penyemprotan (air spray), penguapan (vaporing), pengolesan, dan pencelupan atau pencampuran ke dalam bahan pangan yang diproses.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa asap cair dapat digunakan untuk pengawetan pangan. Penggunaan asap cair 10 persen pada fillet lele dumbo berbumbu memiliki daya tahan 18 hari, dan dapat diterima konsumen. Penggunaan asap cair pada pembuatan telur asin juga dapat mempertahankan daya awet, bahkan meningkatkan kadar omega-3.

Dispersi Uap

Asap cair merupakan cairan dispersi uap asap dalam air, atau cairan hasil kondensasi dari pi-rolisa kayu, tempurung kelapa, atau bahan sejenis. Pirolisa adalah proses pemanasan atau destilasi kering suatu bahan, sehingga menghasilkan asap yang jika di-kondensasi akan menghasilkan asap cair yang memiliki sifat spesifik asap.

Asap cair memiliki sifat antioksidatif dan bisa digolongkan sebagai antioksidan alami. Komponen antioksidatif dalam asap cair umumnya merupakan senyawa fenol (2,10-5,13 %). Fenol dengan titik didih lebih menunjukkan sifat antioksidatif yang lebih baik jika dibandingkan dengan senyawa fenol bertitik didih rendah.

Senyawa fenol dapat bertindak sebagai termination radikal bebas pada reaksi oksidasi. Sedangkan komponen asap cair dari kayu karet yang mampu menghambat oksidasi dari asam linoleat antara lain dari kelompok fenol, karbonil, dan asam, baik sendiri maupun berkombinasi.

Melihat potensi asap cair sangat menguntungkan dan bersahabat dengan lingkungan, tidak ada salahnya jika penggunaan dan penerapan asap cair sebagai pengawet dan sumber antioksidan alami lebih diintensifkan lagi. 



(Hayu Lestari STP, lulusan Fakultas Teknologi Pertanian USM-32)


Sumber :
 http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2008/07/25/23536/Pengawetan-Pangan-dengan-Asap-Cair
http://matanews.com/2010/07/13/pembuatan-asap-cair/

Kantor-Kantor Dengan Desain Interior Yang Mengagumkan

Sebagian dari kita yang bekerja sebagai orang kantoran akan banyak menghabiskan waktu kita di kantor. Porsinya mungkin bisa mencapai sepertiga dari hidup kita. Rasa bosan dan jenuh pasti akan sering muncul saat kita bekerja di ruang tertutup seperti kantor. Nah, untuk mengatasi kejenuhan di kantor itu ada beberapa perusahaan yang secara khusus mendesain interior kantor tersebut agar para pekerja jadi lebih nyaman dan betah dalam bekerja, sehingga diharapkan bisa memberikan kontribusi yang bagus juga buat perusahaan.

Sedikit contoh ada di bawah ini, mana yang juragan-juragan sukai?

Digg (San Francisco, USA)

Base One Group (Middlesex, United Kingdom)


Coaxis (Portland, Oregon, USA)

Nendo (Tokyo, Japan)

Der Tank (Tallin, Estonia)



Google (Zurich, Switzerland)



Facebook (Palo Alto, California, USA)



 Oktavilla Graphic Design Agency (Stockholm, Sweden)

 General Motors (Detroit, USA)



LA Loft (Hollywood, California, USA)

M Moser Design House (Hong Kong)

Ogilvy And Mather (Guangzhou, China)

Pixar (Emeryville, California, USA)

Federal Institute Of Technology (Lausanne, Switzerland)
 

Parliamentdesign (Portland, Oregon, USA)

Selgas Cano Architecture (Madrid, Spain)



 Red Bull (London, United Kingdom)



 Skype (Tallin, Estonia) 
 Swatch (Zurich, Switzerland)

 Syzygy (Hamburg, Germany)

 Technology Center Medical Science (Berlin, Germany)

Three Rings (San Francisco, California, USA)


 Twitter (San Francisco, USA)


Sumber :
 http://www.rgbpicture.com/incredibly-creative-offices/2
 http://www.rgbpicture.com/incredibly-creative-offices/1

Monday, 21 February 2011

Lolos Dari Maut

Karena dianggap hampir membunuh Baginda maka Abu Nawas mendapat celaka. Dengan kekuasaan yang absolut Baginda memerintahkan prajurit-prajuritnya langsung menangkap dan menyeret Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara.

Waktu itu Abu Nawas sedang bekerja di ladang karena musim tanam kentang akan tiba. Ketika para prajurit kerajaan tiba, ia sedang mencangkul. Dan tanpa alasan yang jelas mereka langsung menyeret Abu Nawas sesuai dengan titah Baginda. Abu Nawas tidak berkutik. Kini ia mendekam di dalam penjara.

Beberapa hari lagi kentang-kentang itu harus ditanam. Sedangkan istrinya tidak cukup kuat untuk melakukan pencangkulan. Abu Nawas tahu bahwa tetangga-tetangganya tidak akan bersedia membantu istrinya sebab mereka juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak ada yang bisa dilakukan di dalam 'penjara kecuali mencari jalan keluar.

Seperti biasa Abu Nawas tidak bisa tidur dan tidak enak makan. la hanya makan sedikit. Sudah dua hari ia meringkuk di dalam penjara. Wajahnya murung.

Hari ketiga Abu Nawas memanggil seorang pengawal. "Bisakah aku minta tolong kepadamu?" kata Abu Nawas membuka pembicaraan.

"Apa itu?" kata pengawal itu tanpa gairah.

"Aku ingin pinjam pensil dan selembar kertas. Aku ingin menulis surat untuk istriku. Aku harus menyampaikan sebuah rahasia penting yang hanya boleh diketahui oleh istriku saja."

Pengawal itu berpikir sejenak lalu pergi meninggalkan Abu Nawas.

Ternyata pengawal itu merighadap Baginda Raja untuk melapor.

Mendengar laporan dari pengawal, Baginda segera menyediakan apa yang diminta Abu Nawas. Dalam hati, Baginda bergumam mungkin kali ini ia bisa mengalahkan Abu Nawas:

Abu Nawas menulis surat yang berbunyi: "Wahai istriku, janganlah engkau sekali-kali menggali ladang kita karena aku menyembunyikan harta karun dan senjata di situ. Dan tolong jangan bercerita kepada siapa pun."

Tentu saja surat itu dibaca oleh Baginda karena beliau ingin tahu apa sebenarnya rahasia Abu Nawas. Setelah membaca surat itu Baginda merasa puas dan langsung memerintahkan beberapa pekerja istana untuk menggali ladang Abu Nawas. Dengan peralatan yarig dibutuhkan mereka berangkat dan langsung menggali ladang Abu Nawas. Istri Abu Nawas merasa heran. Mungkinkah suaminya minta tolong pada mereka?

Pertanyaan itu tidak terjawab karena mereka kembali ke istana tanpa pamit. Mereka hanya menyerahkan surat Abu Nawas kepadanya.

Lima hari kemudian Abu Nawas menerima surat dari istrinya. Surat itu berbunyi: "Mungkin suratmu dibaca sebelum diserahkan kepadaku. Karena beberapa pekerja istana datang ke sini dua hari yang lalu, mereka menggali seluruh ladang kita. Lalu apa yang harus kukerjakan sekarang?"

Rupanya istrinya Abu Nawas belum mengerti muslihat suaminya. Tetapi dengan bijaksana Abu Nawas membalas: "Sekarang engkau bisa menanam kentang di la­dang tanpa harus menggali, wahai istriku."

Kali ini Baginda tidak bersedia membaca surat Abu Nawas lagi. Bagi.nda makin mengakui keluarbiasaan akal Abu Nawas. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih bisa melakukan pencangkulan.

********

Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu Abu Nawas masih bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain.

Baginda berpikir. Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas. Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa ditebak. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan prang. Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat.

Kini hidung Abu Nawas sudah bisa menghisap udara kebebasan di luar. Istri Abu Nawas menyambut gembira kedatangan suami yang selama ini sangat dirindukan. Abu Nawas juga riang. Apalagi melihat tanaman kentangnya akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dalam waktu dekat.

Abu Nawas memang girang bukan kepalang tetapi ia juga merasa gundah. Bagaimana Abu Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk memenjarakan dirinya. Tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung. Abu Nawas yakin bahwa saat ini Baginda pasti sedang merencanakan sesuatu. Abu Nawas menyiapkan payung untuk menyambut hujan yang akan diciptakan Baginda Raja. Pada hari itu Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai ahli nujum atau tukang ramal nasib.

Sejak membuka praktek ramal-meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang hartdal daiam menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu.

Mendengar Abu Nawas mendadak menjadi ahli ra­mal maka Baginda Raja Harun Al Rasyid merasa khawatir. Baginda curiga jangan-jangan Abu Nawas bisa mem-bahayakan kerajaan. Maka tanpa pikir panjang Abu Nawas ditangkap.

Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini berniat akan menghabisi riwayatnya. Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng.

Setelah beberapa hari meringkuk di dalam penjara, Abu Nawas digiring menuju tempat kematian. Tukang penggal kepala sudah menunggu dengan pedang yang baru diasah. Abu Nawas menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang. Baginda merasa kagum terhadap ketegaran Abu Nawas. Tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu Nawas begitu tabah menghadapi detik-detik terakhir hidupnya. Ketika algojo sudah siap mengayunkan pedang, Abu Nawas tertawa-tawa sehingga Baginda menangguhkan pemancungan.

Beliau bertanya, "Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang algojo?"

"Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga me­rasa gembira." jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

"Engkau merasa gembira?" tanya Baginda kaget.

"Betul Baginda yang mulia, karena tepat tiga hari setelah kematian hamba, maka Baginda pun akan mangkat menyusul hamba ke Hang lahat, karena hamba tidak bersalah sedikit pun." kata Abu Nawas tetap tenang.

Baginda gemetar mendengar ucapan Abu Nawas. dan tentu saja hukuman pancung dibatalkan.

Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu Nawas diperlakukan istimewa. Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas disuguhi hidangan yang enak-enak. Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasa tinggal di penjara. Abu Nawas berpesan dan setengah mengancam kepada penjaga pen­jara bahwa bila ia terus-menerus mendekam dalam pen­jara ia bisa jatuh sakit atau meninggal Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah mendengar penuturan penjaga penjara.

*****

Cita-cita atau obsesi menghukum Abu Nawas sebenarnya masih bergolak, namun Baginda merasa kehabisan akal untuk menjebak Abu Nawas.

Seorang penasihat kerajaan kepercayaan Baginda Raja menyarankan agar Baginda memanggil seorang ilmuwan-ulama yang berilmu tinggi untuk menandingi Abu Nawas. Pasti masih ada peluang untuk mencari kelemahan Abu Nawas. Menjebak pencuri harus dengan pencuri.Dan ulama dengan ulama. Baginda menerima usul yang cemerlang itu dengan hati bulat.

Setelah ulama yang berilmu tinggi berhasil ditemukan, Baginda Raja menanyakan cara terbaik menjerat Abu Nawas. Ulama itu memberi tahu cara-cara yang pa­ling jitu kepada Baginda Raja. Baginda Raja manggut-manggut setuju. Wajah Baginda tidak lagi murung. Apalagi ulama itu menegaskan bahwa ramalan Abu Nawas tentang takdir kematian Baginda Raja sama sekali tidak mempunyai dasar yang kuat. Tiada seorang pun manusia yang tahu kapan dan di bumi mana ia akan mati apalagi tentang ajal orang lain.

Ulama andalan Baginda Raja mulai mengadakan persiapan seperlunya untuk memberikan pukulan fatal bagi Abu Nawas. Siasat pun dijalankan sesuai rencana. Abu Nawas terjerembab ke lubang siasat sang ulama. Abu Nawas melakukan kesalahan yang bisa menghantarnya ke tiang gantungan atau tempat pemancungan.

Benarlah peribahasa yang berbunyi sepandai-pandai tupai melompat pasti suatu saat akan terpeleset. Kini, Abu Nawas benar-benar mati kutu. Sebentar lagi ia akan dihukum mati karena jebakan sang ilmuwan-ulama.

Benarkah Abu Nawas sudah keok?

Kita lihat saja nanti.

Banyak orang yang merasa simpati atas nasib Abu Nawas, terutama orang-orang miskin dan tertindas yang pernah ditolongnya. Namun derai air mata para pecinta dan pengagum Abu Nawas tak akan mampu menghentikan hukuman mati yang akan dijatuhkan.

Baginda Raja Harun Al Rasyid benar-benar menikmati kernenangannya. Belum pernah Baginda terlihat seriang sekarang.

Keyakinan orang banyak bertambah mantap. Hanya sat orang yang tetap tidak yakin bahwa hidup Abu Nawas aka berakhir setragis itu, yaitu istri Abu Nawas. Bukankah Alia Azza Wa Jalla lebih dekat daripada urat leher. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Gagah. Dan kematian adalah mutlak urusan-Nya. Semakin dekat hukuman mati bagi Abu Nawas. Orang banyak semakin resah. Tetapi bagi Abu Nawas malah sebaliknya. Semakin dekat hukuman bagi dirinya, se­makin tegar hatinya.

Baginda Raja tahu bahwa ketenangan yang ditampilkan Abu Nawas hanyalah merupakan bagian dari tipu dayanya. Tetapi Baginda Raja telah bersumpah pada diri sendiri bahwa beliau tidak akan terkecoh untuk kedua kalinya. Sebaliknya Abu Nawas juga yakin, selama nyawa masih melekat maka harapan akan terus menyertainya. Tuhan tidak mungkin menciptakan alam semesta ini tanpa ditaburi harapan-harapan yang menjanjikan. Bahkan dalam keadaan yang bagaimanapun gawatnya.

Keyakinan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh Baginda Raja dan ulama itu. Seketika suasana menjadi hening, sewaktu Bagin Raja memberi sambutan singkattentang akan dilaksanakan hukuman mati atas diri terpidana mati Abu Nawas. Kemudian tanpa memperpanjang waktu lagi Baginda Raja menanyakan permintaan terakhir Abu Nawas. Dan pertanyaan inilah yang paling dinanti-nantikan Abu Nawas.

"Adakah permintaan yang terakhir"

"Ada Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas singkat.

"Sebutkan." kata Baginda.

"Sudilah kiranya hamba diperkenankan memilih hu­kuman mati yang hamba anggap cocok wahai Baginda yang mulia." pinta Abu Nawas.

"Baiklah." kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas..

"Paduka yang mulia, yang hamba pinta adalah bila pilihan hamba benar hamba bersedia dihukum pancung, tetapi jika pilihan hamba dianggap salah maka hamba dihukum gantung saja." kata Abu Nawas memohon.

"Engkau memang orang yang aneh. Dalam saat-saat yang amat genting pun engkau masih sempat bersenda gurau. Tetapi ketahuilah bagiku segala tipu muslihatmu hari ini tak akan bisa membawamu kemana-mana." kata Baginda sambil tertawa.


"Hamba tidak bersenda gurau Paduka yang mulia." kata Abu Nawas bersungguh-sungguh.

Baginda makin terpingkal-pingkal. Belum selesai Baginda Raja tertawa-tawa, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.

"Hamba minta dihukum pancung!"

Semua yang hadir kaget. Orang banyak belum mengerti mengapa Abu Nawas membuat keputusan begitu. Tetapi kecerdasan otak Baginda Raja menangkap sesuatu yang lain. Sehingga tawa Baginda yang semula berderai-derai mendadak terhenti. Kening Baginda berkenyit mendengar ucapan Abu Nawas. Baginda Raja ti­dak berani menarik kata-katanya karena disaksikan oleh ribuan rakyatnya.

Beliau sudah terlanjur mengabulkan Abu Nawas menentukan hukuman mati yang paling cocok untuk dirinya.

Kini kesempatan Abu Nawas membela diri.

"Baginda yang mulia, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum pancung. Kalau pilihan hamba benar maka hamba dihukum gantung. Tetapi di manakah letak kesalahan pilihan hamba sehingga hamba hams dihukum gantung. Padahal hamba telah memilih hukuman pancung?"

Olah kata Abu Nawas memaksa Baginda Raja dan ulama itu tercengang. Benar-benar luar biasa otak Abu Nawas ini. Rasanya tidak ada lagi manusia pintar selain Abu Nawas di negeri Baghdad ini.

"Abu Nawas aku mengampunimu, tapi sekarang jawablah pertanyaanku ini. Berapa banyakkah bintang di langit?"

"Oh, gampang sekali Tuanku."

"Iya, tapi berapa, seratus juta, seratus milyar?" tanya Baginda.

"Bukan Tuanku, cuma sebanyak pasir di pantai."

"Kau ini.... bagaimana bisa orang menghitung pasir di pantai?"

"Bagaimana pula orang bisa menghitung bintang di langit?"

"Ha ha ha ha ha...! Kau memang penggeli hati.

Kau adalah pelipur laraku. Abu Nawas mulai sekarang jangan segan-segan, sering-seringlah datang ke istanaku. Aku ingin selalu mendengar lelucon-leluconmu yang baru!"

"Siap Baginda        !"

Orang-Orang Kanibal

Saat itu Abu Nawas baru saja pulang dari istana setelah dipanggil Baginda. la tidak langsung pulang ke rumah melainkan berjalan-jalan lebih dahulu ke perkampungan orang-orang badui. Ini memang sudah menjadi kebiasaan Abu Nawas yang suka mempelajari adat istiadat orang-orang badui.

Pada suatu perkampungan, Abu Nawas sempat melihat sebuah rumah besar yang dari luar terdengar suara hingar bingar seperti suara kerumunan puluhan orang. Abu tertarik, ingin melihat untuk apa orang-or­ang badui berkumpul di sana, ternyata di rumah besar itu adalah tempat orang badui menjual bubur haris yaitu bubur khas makanan para petani. Tapi Abu Nawas tidak segera masuk ke rumah besar itu, merasa lelah dan ingin beristirahat maka ia terus berjalan ke arah pinggiran desa.

Abu Nawas beristirahat di bawah sebatang pohon rindang. la merasa hawa di situ amat sejuk dan segar sehingga tidak berapa lama kemudian mehgantuk dan tertidur di bawah pohon.

Abu Nawas tak tahu berapa lama ia tertidur, tahu-tahu ia merasa dilempar ke atas lantai tanah. Brak! lapun tergagap bangun.

"Kurang ajar! Siapa yang melemparku?" tanyanya heran sembari menengok kanan kiri.

Ternyata ia berada di sebuah ruangan pengap berjeruji besi. Seperti penjara.

"Hai keluarkan aku! Kenapa aku dipenjara di sini.!"

Tidak berapa lama kemudian muncul seorang badui bertubuh besar. Abu Nawas memperhatikan dengan seksama, ia ingat orang inilah yang menjua! bubur haris di rumah besar di tengah desa.

"Jangan teriak-teriak, cepat makan ini !" kata or­ang sembari menyodorkan piring ke lubang ruangan. Abu Nawas tidak segera makan. "Mengapa aku dipenjara?"

"Kau akan kami sembelih dan akan kami jadikan campuran bubur haris."

"Hah? Jadi yang kau jual di tengah desa itu bubur manusia?"

"Tepat.... itulah makanan favorit kesukaan kami."

"Kami...? Jadi kalian sekampung suka makan daging manusia?"

"lya, termasuk dagingmu, sebab besok pagi kau akan kami sembelih!"

"Sejak kapan kalian makan daging manusia?"

"Oh.., sejak lama .... setidaknya sebulan sekali kami makan daging manusia."

"Dari mana saja kalian dapatkan daging manusia?"

"Kami tidak mencari ke mana-mana, hanya setiap kali ada orang masuk atau lewat di desa kami pasti kami tangkap dan akhirnya kami sembelih untuk dijadikan butjur." Abu Nawas diam sejenak. la berpikir keras bagaimana caranya bisa meloloskan diri dari bahaya maut ini. la merasa heran, kenapa Baginda tidak mengetahui bahwa di wilayah kekuasaannya ada kanibalisme, ada manasia makan manusia.

"Barangkali para menteri hanya melaporkan hal yang baik-baik saja. Mereka tidak mau bekerja keras untuk memeriksa keadaan penduduk." pikir Abu Nawas. "Baginda harus mengetahui hal seperti ini secara langsung, kalau perlu....!"

Setelah memberi makan berupa bubur badui itu meninggalkan Abu Nawas. Abu Nawas tentu saja tak berani makan bubur itu jangan-jangan bubur manusia. la menahan lapar semalaman tak tidur, tubuhnya yang kurus makin nampak kurus.

Esok harinya badui itu datang lagi.

"Bersiaplah sebentar lagi kau akan mati."

Abu Nawas berkata,"Tubuhku ini kurus, kalaupun kau sembelih kau tidak akan memperoleh daging yang banyak. Kalau kau setuju nanti sore akan kubawakan temanku yang bertubuh gemuk. Dagingnya bisa kalian makan selama lima hari."

"Benarkah?"

"Aku tidak pernah bohong!"

Orang badui itu diam sejenak, ia menatap tajam kearah Abu Nawas. Entah kenapa akhirnya orang badui itu rnempercayai dan melepaskan Abu Nawas.

Abu Nawas langsung pergi ke istana menghadap Bagirida.

Setelah berbasa-basi maka Baginda bertanya kepada Abu Nawas.

"Ada apa Abu Nawas? Kau datang tanpa kupanggil?"

"Ampun Tuanku, hamba barus saja pulang dari suatu desa yang aneh."

"Desa aneh, apa keanehannya?"

"Di desa tersebut ada orang menjual bubur haris yang khas dan sangat lezat. Di samping itu hawa di desa itu benar-benar sejuk dan segar."

"Aku ingin berkunjung ke desa itu. Pengawal! Siapkan pasukan!"

"Ampun Tuanku, jangan membawa-bawa pengawal. Tuanku harus menyamar jadi orang biasa."

"Tapi ini demi keselamatanku sebagai seorang raja"

"Ampun Tuanku, jika bawa-bawa tentara maka or­ang sedesa akan ketakukan dan Tuanku takkan dapat melihat orang menjual bubur khas itu."

"Baiklah, kapan kita berangkat?"

"Sekarang juga Tuanku, supaya nanti sore kita sudah datang di perkampungan itu."

Demikianlah, Baginda dengan menyamar sebagai sorang biasa mengikuti Abu Nawas ke perakmpungan orang-orang badui kanibal.

Abu Nawas mengajak Baginda masuk ke rumah besar tempat orang-orang makan bubur. Di sana mereka membeli bubur.

Baginda memakan bubur itu dengan lahapnya.

"Betul katamu, bubur ini memang lezat!" kata Bagin­da setelah makan."Kenapa buburmu tidak kau makan Abu Nawas."

"Hamba masih kenyang," kata Abu Nawas sambil melirik dan berkedip ke arah penjual bubur.

Setelah makan, Baginda diajak ke tempat pohon rindang yang hawanya sejuk.

"Betul juga katamu, di sini hawanya memang sejuk dan segar ..... ahhhhh ........ aku kok mengantuk sekali."kata
Baginda.

"Tunggu Tuanku, jangan tidur dulu....hamba pamit mau buang ari kecil di semar belukar sana."

"Baik, pergilah Abu Nawas!"

Baru saja Abu Nawas melangkah pergi, Baginda sudah tertidur, tapi ia segera terbangun lagi ketika mendengar suara bentakan keras.

"Hai orang gendut! Cepat bangun ! Atau kau kami sembelih di tempat ini!" ternyata badui penjual bubur sudah berada di belakang Baginda dan menghunus pedang di arahkan ke leher Baginda.

"Apa-apaan ini!" protes Baginda.

"Jangan banyak cakap! Cepat jalan !"

Baginda mengikuti perintah orang badui itu dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara.

"Mengapa aku di penjara?"

"Besok kau akan kami sembelih, dagingmu kami campur dengan tepung gandum dan jaduilah bubur haris yang terkenal lezat. Hahahahaha        !"

"Astaga        jadi yang kumakan tadi...?"

"Betul        kau telah memakan bubur kami, bubur manusia."

"Hoekkkkk....!" Baginda mau muntah tapi tak bisa.

"Sekarang tidurlah, berdoalah, sebab besok kau akan mati."

"Tunggu...."

"Mau apa lagi?"

"Berapa penghasilanmu sehari dari menjual bubur itu?"

"Lima puluh dirham!"

"Cuma segitu?"

"lya!"

"Aku bisa memberimu lima ratus dirham hanya dengan menjual topi."

"Ah, masak?"

"Sekarang berikan aku bahan kain untuk membuat topi. Besok pagi boleh kail coba menjual topi buatanku itu ke pasar. Hasilya boleh kau miliki semua !"

Badui itu ragu, ia berbalik melangkah pergi. Tak lama kemudian kembali lagi dengan bahan-bahan untuk membuat topi.

Esok paginya Baginda menyerahkan sebuah topi yang bagus kepada si badui. Baginda berpesan,"Juallah topi ini kepada menteri Farhan di istana Bagdad."

Badui itu menuruti saran Baginda.

Menteri Farhan terkejut saat melihat seorang badui datang menemuinya.

"Mau apa kau?" tanya Farhan.

"Menjual topi ini..."

Farhan melirik, topi itu memang bagus. la mencoba memeriksanya dan alangkah terkejutnya ketika melihat hiasan berupa huruf-huruf yang maknanya adalah surat dari Baginda yang ditujukan kepada dirinya.

"Berapa harga topi ini?"

"Lima ratus dirham tak boleh kurang!"

"Baik aku beli !"

Badui itu langsunng pulang dengan wajah ceria. Sama sekali ia tak tahu jika Farhan telah mengutus seorang prajurit untuk mengikuti langkahnya. Siangnya prajurit itu datang lagi ke istana dengan melaporkan lokasi perkampungan si penjual bubur.

Farhan cepat bertidak sesuai pesan di surat Bagin­da. Seribu orang tentara bersenjata lengkap dibawa ke perkampungan. Semua orang badui di kampung itu ditangkapi sementara Baginda berhasil diselamatkan.

"Untung kau bertindak cepat, terlambat sedikit saja aku sudah jadi bubur!" kata Baginda kepada Farhan.

"Semua ini gara-gara Abu Nawas!" kata Farhan.

"Benar! Tapi juga salahmu! Kau tak pernah memeriksa perkampungan ini bahwa penghuninya adalah orang-orang kanibal!"

"Bagaimanapun Abu Nawas harus dihukum!"

"Ya, itu pasti!"

"Hukuman mati!" sahut Farhan.

"Hukuman mati? Ya, kita coba apakah dia bisa meloloskan diri?" sahut Baginda.