Monday 18 October 2010

Secangkir Kopi



Kupandangi secangkir kopi yang barusan ku seduh dihadapanku. Memang sederhana bentuknya. Tapi saat kulihat dengan lebih teliti secangkir kopi itu, mulai terbayang pohon kopi. Akar-akarnya yang menyuplai air dan nutrisi, xylem dan floem yang mengangkutnya, batang yang menegakkannya, daun yang berfotosintesis dengan kerjasamanya yang serasi dengan matahari, bunga dan lebah dengan penyerbukannya hingga terhasil buah kopi yang ranum setelah penyinaran beberapa hari.   sebuah perkebunan kopi yang luas, seorang ibu tua yang menyangrai kopi dan menumbuknya hingga menjadi bubuk kopi halus, perkebunan tebu, buruh-buruh perkebunan tebu yang bekerja di bawah terik mentari, supir-supir truk yang membawa tebu ke penggilingan, mesin-mesin pabrik dari alat sortasi,penggilingan, pemurnian, pengkristalan, pengeringan, hingga penampungan gula yang begitu besar, sales, pabrik keramik, tungku pembakaran keramik, pandai besi yang bekeringat-keringat, buruh-buruh wanita di pabrik heater, penyulingan air,agen-agen air mineral, toko kecil penjual gula di seberang jalan sana, bapak penjual air mineral,dan…… 

Haha.. bahkan aku sendiri tidak bisa menyebutkan semua unsur-unsur rantai persambungan pembentuk kopi hingga tersaji di hadapanku pagi ini. Begitu banyak yang terlepas dari pengamatan terbatasku.  Itu baru dalam  secangkir kopi lho.. belum dalam sepiring makananku, belum dalam lemari pakaianku, belum dalam kamar kosku, belum dalam semesta tubuhku. Subhanalloh, Aku benar-benar takkan  sanggup menguraikannya satu-persatu, apalagi menghitungnya. :)

                Begitu luas nikmatNya yang tak terbatas, Alhamdulillah ya Allah… seribu kata syukurku tak akan mampu mengganti semua itu. Apa lagi yang harus kuperbuat??? Aku yang rendah dan fakir ini hanya bisa memohon ampun atas semua kekhilafan milikku, yang seringkali tak melihat dengan hati semua anugerah yang Kau limpahkan,hingga begitu sering ingkar dengan nikmatMu dan malah sering  megeluh atas sesuatu yang memang tak baik aku miliki. Merenungkan itu semua, aku sampai kehilangan kata-kata.  Aku  berharap ampunanmu yaa Ghoffar… yaa Ghoffar… ya Ghoffar.. 

No comments:

Post a Comment